05/04/11

MUHAMMAD, Prophet for our time


Buku yang menarik menurut saya karena selama ini saya hanya membaca narasi tentang nabi saya melalu pengarang-pengarang yang beragama Islam dan setelah baca selama 5 hari, ternyata ada sesuatu yang terlihat berbeda dibandingkan dengan biografi Muhammad dari buku-buku yang pernah saya baca sebelumnya. Buku ini luput memberikan gambaran sosok seorang Muhammad sebagai seorang nabi seperti dalam buku-buku yang pernah kita baca dahulu (yang seharusnya memang tidak kita harapkan dari seorang penulis yang bukan muslim). Beliau hanya mampu menggambarkan sosok Nabi Muhammad sebagai seorang pemimpin yang serba bisa yang berhasil melakukan transformasi budaya, sosial, dan politik di tanah arab. Kesan keagungan, elegan, kejeniusan spiritual, kesucian, kemulian seorang nabi, dan hal lain yang mungkin bersifat lebih abstrak tidak mampu ditampilkan (atau memang disengaja untuk memperlihatkan kesan objektif kepada pasar utama yaitu masyarakat barat).
Akan tetapi pada topik lain Karen Armstrong sudah begitu bagus terutama dalam motif utamanya untuk menjembatani jurang antara barat dengan negeri-negeri islam. Secara umum ia banyak memberikan penekanan pada narasi yang berhubungan dengan propaganda-propaganda populis yang beredar di barat. Misalkan menjelaskan secara kontekstual bahwa perang yang dipimpin oleh nabi Muhammad sangatlah wajar dan memiliki alasan logis yang kuat. Dalam buku ini setiap saat ia berusaha memperlihatkan kepada kita bahwa agama-agama samawi berasal dari Tuhan yang sama dan tidak memiliki perseteruan yang berarti atas motif idiologi.
Ia begitu piawai dalam menarasikan permasalahan gender dalam Islam pada masa kehidupan rasul yang sebelumnya peran wanita begitu inferior (bahkan tertindas) dalam budaya arab pra-Islam. Kemudian dengan analisa latar belakang kebudayaan arab juga, ia menjawab masalah poligami nabi yang sering kali dijadikan propaganda populis di negeri-negeri barat. Beberapa kalimatnya saya kutip dibawah ini :

Pada periode pra-islam, seorang perempuan tidak punya hak milik atas apapun. Setiap kekayaan yang datang kepadanya menjadi milik keluarga dan dikelola oleh saudara lelakinya.(hal 230)

Secara tradisional, perempuan dipandang sebagai bagian dari harta milik lelaki. Setelah kematian lelaki, para istri dan anak perempuanya diteruskan kepada ahli waris lelakinya, yang sering membiarkan mereka tetap tak menikah dan miskin agar dapat mengendalikan harta warisan mereka. (hal 230)

dan menarik, setelah memaparkan latar belakang, ia memasukkan kutipan interpretasi Al'Quran pengarang lain tentang poligami tersebut :

Institusi poligami dalam Al'Quran merupakan sebentuk legislasi sosial. Ini dirancang bukan untuk memenuhi selera seksual kaum lelaki, melainkan untuk meluruskan ketidakadilan yang ditimpakan pada janda, anak yatim, dan tanggungan perempuan lainnya yang amat rentan.(Mernissi,Women and Islam 162-3;Ahmed, Women and Gender in Islam,53)

dan ia menambahkan :

Al'Quran sedang berupaya memberi kaum perempuan status hukum yang tidak akan dinikmati oleh sebagian besar perempuan barat hingga abad kesembilan belas. Emansipasi wanita merupakan proyek yang dekat di hati nabi, tetapi mendapat tantangan keras dari banyak lelaki di dalam ummah, termasuk beberapa sahabat terdekatnya. Dalam masyarakat yang serba kekurangan, perlu keberanian dan bela rasa untuk mengambil tanggungjawab finansial atas empat permpuan dan anak-anaknya. (hal 231)

Suatu paparan yang sangat jelas yang saya kira dapat meluruskan paradigma negatif masyarakat tentang poligami dalam Al’Quran.

Selebihnya buku ini bercerita apa adanya dari sumber yang beliau dapat dan saya kira sebelum membacaranya sangat dianjurkan, terutama anda yang dominan otak kanan, untuk membaca kata pengantar (Jalaluddin Rakhmat) yang merupakan pedoman yang membimbing dalam membaca buku ini.

Terakhir saya ucapkan terima kasih kepada ibu karen Armstrong yang telah menulis buku ini dengan susah payah dan berusaha mendamaikan perseteruan yang mungkin tidak akan pernah selesai sampai akhir zaman. Saya mengutip kata-kata Jalaluddin Rachmat :
Akhirnya kita patut memberikan apresiasi kepada Armstrong, yang tidak henti-hentinya mengajak barat untuk memahami Islam dan mengajak umat Islam untuk memahami barat.

Dan saya juga mengutip kata-kata beliau sebagai penutup:
"Jika kita ingin menghindari kehancuran, dunia Muslim dan barat mesti belajar bukan hanya untuk bertoleransi, melainkan juga saling mengapresiasi. Titik berangkat yang baik adalah dari sosok Muhammad: seorang manusia yang kompleks, yang menolak kategorisasi dangkal yang didorong oleh idiologi, yang terkadang melakukan hal yang sulit atau mustahil kita terima, tetapi memiliki kegeniusan luar biasa dan mendirikan sebuah agama dan tradisi budaya yang didasarkan bukan pada pedang, melainkan pada namanya 'islam',berarti perdamaian dan kerukunan"
klik dibawah ini untuk ebooknya
download

0 komentar:

Posting Komentar

Entri Populer