cerita membosankan, sebenernya catatan ini uda kadaluwarsa tanggalnya, tapi belum sempet diketik......
Dengan 44 ribu aku dah didalem kereta antar provinsi. Diantar bapak sampai stasiun Babat, kami sempat membicarakan tentang tidak tentunya jadwal kereta dan masalah keuangan. dia harap aku bawa uang setelah kepulangan dari jakarta.
Dari tanggal 19-04 tempat duduk kertajaya tidak tergantung karcis tapi siapa cepat. aku harus jongkok dipinggir pintu karena kalah cepat dengan penumpang dari pasar turi. Mungkin karena natal-taun baru.
Ternyata ada hal lain yang lebih membosankan selain kursi tukang cukur,kursi sekolah, dan kursi DPR.didalam kereta sangat membosankan dan membuatku ngantuk saya sudah lupa berapa batang rokok yang tinggal puntung. Gadis 25 tahun dengan sapu yang tangkainya sengaja dipatahkan, menyisir setiap gerbong dan tempat duduk para penumpang. Ia kumpulkan sampah koran,botol, rokok dan lainnya. Lalu ia menyodorkan bungkus permen, berharap kasih pada receh para penumpang. Senyumnya tipis, matanya sayup, tapi dia gembira.
Lalu dari arah kanan lelaki penjual minuman melangkahi orang-orang tidur seperti melangkahi selokan. Berteriak-teriak dengan logat Tegal, berpapasan dengan gadis bersapu tadi dan ia cubit punting susu gadis bersapu. Aku tau gadis bersapu marah, malu, dan ingin melempar laki-laki itu dengan gunung koran. tapi disini lebih kejam dari hutan, tak ada yang punya moral. bakan orang manis disampingku bisa jadi musuh yang
memereteli barang bawaan. Andai wanita itu punya lebih banyak tenaga dan keberanian, sudah diludahinya penjual minuman itu. Tapi gadis bersapu hanya menatap matanya lalu pergi dengan nafas tertahan.
Aku ingat Ibuku, Adik perempuanku, pacarku, mungkin nenekku, atau teman-teman wanitaku. Berilah perlindungan pada mereka terhadap tangan-tangan dengan hati yang nakal. Kepada mereka (wanita yang kukenal) jauhkan dari manusia tak bermoral, tak beretika, dan tak berotak. lalu untukmu gadis bersapu, maaf saya tak mampu membela dan maaf saya hanya menyisihkan sedikit sekali uang saya./
Aku bosan ngobrol dengan orang cirebon. Bingung apa yang harus saya tanyakan lagi. Orang cirebon bertekat merantau, bermodal alamat saudara di-Jakarta yang ia dapat 5 tahun lalu." Kalau tidak ketemu?" Tanyaku. " Yah saya dijakarta, cari kerja disana. saudara saya sukses disana punya istri 3 malah." Saya diam, berfikir. Kasihan dia, umurnya 22. Niat pergi kejakartakarna dikampung tak punya kerja. Lalu dipikirnya Jakarta lumbung emas yang siap digali. Dibuatnya keyakinan bahwa dengan modal kuat, rajin, jujur, nekat, dan doa dia mampu bertahan dijakarta. Tapi saya tidak berani bilang apa-apa, takut menggurui.
Dipasar senen saya pamit dengan orang cirebon, aduh saya lupa namanya. Bisa buang hajat juga setelah ditahan dikereta.
Dari tanggal 19-04 tempat duduk kertajaya tidak tergantung karcis tapi siapa cepat. aku harus jongkok dipinggir pintu karena kalah cepat dengan penumpang dari pasar turi. Mungkin karena natal-taun baru.
Ternyata ada hal lain yang lebih membosankan selain kursi tukang cukur,kursi sekolah, dan kursi DPR.didalam kereta sangat membosankan dan membuatku ngantuk saya sudah lupa berapa batang rokok yang tinggal puntung. Gadis 25 tahun dengan sapu yang tangkainya sengaja dipatahkan, menyisir setiap gerbong dan tempat duduk para penumpang. Ia kumpulkan sampah koran,botol, rokok dan lainnya. Lalu ia menyodorkan bungkus permen, berharap kasih pada receh para penumpang. Senyumnya tipis, matanya sayup, tapi dia gembira.
Lalu dari arah kanan lelaki penjual minuman melangkahi orang-orang tidur seperti melangkahi selokan. Berteriak-teriak dengan logat Tegal, berpapasan dengan gadis bersapu tadi dan ia cubit punting susu gadis bersapu. Aku tau gadis bersapu marah, malu, dan ingin melempar laki-laki itu dengan gunung koran. tapi disini lebih kejam dari hutan, tak ada yang punya moral. bakan orang manis disampingku bisa jadi musuh yang
memereteli barang bawaan. Andai wanita itu punya lebih banyak tenaga dan keberanian, sudah diludahinya penjual minuman itu. Tapi gadis bersapu hanya menatap matanya lalu pergi dengan nafas tertahan.
Aku ingat Ibuku, Adik perempuanku, pacarku, mungkin nenekku, atau teman-teman wanitaku. Berilah perlindungan pada mereka terhadap tangan-tangan dengan hati yang nakal. Kepada mereka (wanita yang kukenal) jauhkan dari manusia tak bermoral, tak beretika, dan tak berotak. lalu untukmu gadis bersapu, maaf saya tak mampu membela dan maaf saya hanya menyisihkan sedikit sekali uang saya./
Aku bosan ngobrol dengan orang cirebon. Bingung apa yang harus saya tanyakan lagi. Orang cirebon bertekat merantau, bermodal alamat saudara di-Jakarta yang ia dapat 5 tahun lalu." Kalau tidak ketemu?" Tanyaku. " Yah saya dijakarta, cari kerja disana. saudara saya sukses disana punya istri 3 malah." Saya diam, berfikir. Kasihan dia, umurnya 22. Niat pergi kejakartakarna dikampung tak punya kerja. Lalu dipikirnya Jakarta lumbung emas yang siap digali. Dibuatnya keyakinan bahwa dengan modal kuat, rajin, jujur, nekat, dan doa dia mampu bertahan dijakarta. Tapi saya tidak berani bilang apa-apa, takut menggurui.
Dipasar senen saya pamit dengan orang cirebon, aduh saya lupa namanya. Bisa buang hajat juga setelah ditahan dikereta.
oleh Fajar Herlambang pada 10 Januari 2010 jam 16:46
0 komentar:
Posting Komentar