FULL DOWNLOAD
Baru satu kali saya baca karya Dewi Lestari yang berjudul Supernova: Akar.
Baru satu kali saya baca karya Dewi Lestari yang berjudul Supernova: Akar.
Untuk ukuran penyanyi yang menjadi penulis memang luar biasa sehingga menimbulkan pro dan kontra di mana-mana, tapi yang satu yang saya lihat adalah Dee cukup mengangkat sastra Indonesia semakin berwarna.
Berikut satu pengalaman pembaca buku tersebut yang saya dapat di internet:
Jujur saya akui, Supernova 2.1 ini mengalami banyak kemajuan. Bukan hanya cerita yang berkembang liar dan cepat, namun juga kemampuan penulisnya. Gaya bertuturnya indah dengan metafora unik yang mengakibatkan terjadinya perdebatan barbar antara Dewi dengan Erwinthon Napitupulu, editor. Karakter Bodhi sebagai tokoh utama dalam cerita ini sangat kuat. Karakter utama ini begitu lekat dalam pikiran saya. Tidak percaya...? Saya bahkan membaca ulang draft novel ini sampai 3 kali dalam suasana yang berbeda, termasuk di sebuah studio musik , berteman hingar bingar musik tekno, dengan bantuan sebuah senter dan 5 baterai cadangan. Ajaib, impresi saya malah bertambah kuat semakin sering saya membacanya. Sekarang, saya sedang merencanakan untuk membacanya ke-4 kali, di sebuah stadion sepakbola, berteman keriuhan penonton liga primier Indonesia yang yang lagi jatuh bangun. Keindahan novel ini masih ditambah dengan sejumlah karakternya yang multi etnis. Kell, pria tertampan di bumi, peranakan Irlandia dan Mesir. Star, backpacker cantik keturunan Eropa Timur dan Timur Tengah. Epona, perempuan cantik dengan perawakan tubuh seperti Xena, kelahiran Prancis. Bong, filsuf politik yang setiap hari berbusa-busa memaki peradaban, dan banyak karakter lainnya yang membuat Supernova 2.1 menjadi sangat kaya. Belum lagi setting ceritanya yang membentang dari mulai Bandung, Parerejo, Belawan, Penang, Bangkok, Kamboja, sampai Laos. Dan Dee melukiskannya dengan sangat detail, membuat
saya merasakan sebuah mental travelling ke lokasi-lokasi tersebut.Kalau pada Supernova episode pertama: Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh, Dee cuma menuliskan “suara piano berbunyi lagi”, atau “biola kembali terdengar” untuk membantu pembaca lebih merasakan suasana yang ingin dia ungkapkan, kali ini dengan gamblang Dee menyebutkan sejumlah lagu pada bagian-bagian ceritanya. Dari mulai “Eye in The Sky”-nya The Alan Parsons Project, “Lemon”, “MLK”, “Sunday Bloody Sunday”-nya U2, “No Woman No Cry”-nya Bob Marley, dan masih banyak lagu lagi. Akan lebih afdol jika kalian mempersiapkan lagu-lagu tersebut untuk diperdengarkan sambil membaca buku ini. Sekarang, saya tahu, setelah di lapangan sepakbola, saya akan membacanya untuk kelima kali di kamar saya. Dan sebelumnya, akan saya mulai dengan sebuah upacara.Pertama, saya akan mengambil air wudhu, membasuh wajah, telinga, siku, dan kaki, lalu menyeduh teh cap Bodhi. Berikutnya, akan saya nyalakan hio aromatik di kamar, hening sejenak, lalu memutar CD Sound Track Supernova 2.1. Maka, mulailah saya membaca. Bukan cuma yakin, saya tahu, sempurnalah malam. Seperti asap Jeannie yang mengecil masuk ke dalam botol purba di film I Dream of Jeannie, demikianlah semesta mengecil masuk ke solar plexus saya. Akhirnya, kesimpulan yang saya dapat sangatlah sederhana: kesejatian hidup ternyata ada pada secangkir teh cap Bodhi. DOWNLOAD FILE pdf NOVEL SuperNova 2 : akar
0 komentar:
Posting Komentar